Selasa, 10 Desember 2013

Budidaya Ikan Kerapu Macan

I.                   PENDAHULUAN

Ikan kerapu merupakan komoditas ekspor yang bernilai ekonomis di pasar Asia terutama Singapura, dan Hongkong. Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang terbesar ikan karang hidup selain Philipina dan Thailand. Produksi ikan kerapu saat ini sebagian besar berasal dari penangkapan dari alam. Melihat prospek yang masih meningkat sejalan dengan pangsa pasar yang memberikan peluang cukup besar dan tentunya menepati posisi yang strategis dan ekonomis.
Biologi kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) diidentifikasi pertama kali  oleh Weber and Beaufort (1931) dalam Balai Budidaya Laut Lampung (1999), keduanya mendeskripsikan ikan tersebut mempunyai bentuk badan yang memanjang gepeng (compressed) atau agak membulat, mulut lebar serong ke atas dengan bibir bawah menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi geratan berderet dua baris, lancip dan kuat serta ujung luar bagian depan adalah gigi yang terbesar. Sirip ekor umumnya membulat (rounded), sirip punggung memanjang dimana bagian jari-jarinya yang keras berjumlah kurang lebih sama dengan jari-jari lunaknya, jari-jari   sirip   yang   keras  berjumlah 6–8 buah, sedangkan sirip dubur berjumlah 3 buah, jari-jari sirip ekor berjumlah 12–17 dan bercabang dengan jumlah 13–15. Warna dasar sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya terdapat titik berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4–6 baris warna gelap yang melintang hingga keekornya. Badan ditutupi oleh sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng (Gambar  1)

KERAPU%20MACAN







Gambar 1. Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)

Menurut Randal (1987) dalam Balai Budidaya Laut Lampung (2001), klasifikasi ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah sebagai berikut :
Phylum                                 : Chordata
Subphylum                           : Vertebrata
Class                                     : Osteichtyes
Subclass                               : Actinopterigi
Ordo                                     : Percomorphi
Subordo                               : Percoidea
Famili                                   : Serranidae
Genus                                   : Epinephelus
Spesies                                 : Epinephelus fuscoguttatus
Di Indonesia kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) banyak ditemukan di wilayah perairan pulau Sumatra, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Jawa Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Karimun Jawa, Madura, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Buru dan Ambon. Ikan ini lebih dikenal berasal dari Teluk Persia, Hawai atau Polynesia (Sunyoto,P  dan  Mustahal , 2002).
II.                PEMELIHARAAN KERAPU MACAN

2.1. Wadah
Untuk melaksanakan kegiatan budidaya di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara digunakan berbagai macam wadah sesuai dengan fungsi masing masing. Selanjutnya Balai Budidaya Laut Lampung (1999), wadah pemiliharaan untuk adaptasi berukuran 5 x 5 x 1,25 m3 , wadah yang terbuat dari beton dengan tiga macam bentuk yaitu persegi panjang, segi empat dan bulat. Kolam persegi panjang digunakan untuk pemiliharaan induk dan pemijahan. Kolam segi empat untuk pemiliharaan benih sedangkan kolam bulat untuk pemiliharaan larva. Ukuran bak pemijahan yaitu dengan diameter 10 m kemiringan dasar 5 % kedalaman 3 m dan kapasitas daya tampung 225-235 ton, keuntungan penggunaan bak bulat adalah tidak mempunyai sudut sehingga distribusi Oksigen  lebih merata untuk pemiliharaan pada larva, yaitu larva dapat berenang lebih puas .     
2.2. Pengadaan dan Pemeliharaan Induk
Induk dapat berasal dari alam atau hasil budidaya.  Induk yang ditangkap dari alam harus yang sehat.  Ikan ini ditangkap dengan menggunakan alat tangkap berupa : bubu, pancing atau jaring.  Sebaiknya jangan menangkap induk dengan menggunakan bahan kimia karena dapat mempengaruhi induk ikan itu sendiri (Akbar, S dan Sudaryanto,  2002).
Calon induk yang berasal dari alam biasanya mengalami luka-luka akibat penangkapan dan penanganan yang kurang baik.  Ikan tersebut sebaiknya disehatkan terlebih dahulu dan diadaptasikan terhadap lingkungan pembenihan, sebelum dimasukkan ke wadah pemeliharaan induk. Pengobatan dapat  menggunakan Permanganat Kalicus atau Kalium Permanganat (KMnO4) yaitu dengan cara 1 gr KmnO4 dilarutkan dalam 90 cc air, lalu ambil 1 cc larutan tersebut ke dalam 1 liter air dan rendam ikan tersebut selama 30 menit. Mercurochroom dapat juga digunakan dengan cara diencerkan 10 kali yaitu menambahkan 1 bagian obat dengan 9 bagian air, lalu ikan diolesi.  Setelah itu ikan dimasukkan  ke dalam wadah dengan air mengalir sehingga pengaruh racun segera hilang karena obat ini bersifat racun bagi ikan (Sunyoto, P, 1993).
Slamet dan Cahyaningsih (2003) menyatakan bahwa aspek biologi reproduksi beberapa jenis ikan kerapu, telah dilakukan terhadap ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus), untuk membedakan induk jantan dan induk betina secara mudah dapat dilihat melalui penampakan tubuhnya.  Bagian perut induk ikan betina tampak lebih besar.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada ikan kerapu macan induk betina mulai matang gonad pada ukuran panjang total 36 cm atau bobot 1,0 kg, sedangkan jantan mulai matang gonad pada ukuran panjang total 48 cm atau bobot 2,5 kg.  Induk yang digunakan untuk pembenihan dipersiapkan dengan baik agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan (Effendi, 2002).
2.3. Pemijahan
Pematangan gonad pada ikan kerapu macan dapat terjadi sepanjang tahun.  Hal ini sangat menguntungkan karena produksi telur tidak tergantung pada musim pemijahan. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemijahan induk-induk yang sudah matang gonad yaitu faktor teknis dan non teknis.  Faktor teknis meliputi penanganan induk, seleksi induk, dan metode pemijahan, sedangkan faktor non teknis meliputi iklim, letak geografis dan kondisi lingkungan (Akbar,S dan Sudaryanto, 2002)
Pemijahan kerapu dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu, pemijahan alami (natural spawning), pemijhan buatan (stripping atau artificial fertilization) dan penyuntikkan atau pemijahan melalui pemberian rangsangan (induced spawning).  Pada induk ikan kerapu yang telah dewasa dapat dipijahkan secara alami tanpa rangsangan hormon (Sunyoto,P  dan  Mustahal , 2002).
2.4. Pemanenan Telur
Slamet dan Cahyaningsih (2003) mengatakan bahwa pemanenan telur merupakan tahap awal penanganan pemanenan telur yang sangat menentukan terhadap kemungkinan penurunan mutu telur oleh karena masalah penanganan. Tahapan pemanenan meliputi pemasangan egg collector dan pemanenan telur, dalam pemasangan egg colektor telur harus memperhatikan beberapa hal yaitu mesh size kolektor telur dimana diameter telur kerapu macan 800-900 µ, dapat menggunakan mesh size yang 500-600µ dengan bentuk kolektor bulat dan persegi disesuaikan dengan bentuk bak kolektor. Untuk bak induk berukuran 100m³  dengan  sirkulasi   50-350 % per hari  dapat  menggunakan   egg    colektor  75x75x75 cm³.  Pemanenan   telur   dengan   kepadatan  rendah (<3 2-3="" agar="" dalam="" dapat="" dari="" di="" dilakukan="" dimaksudkan="" hal="" hari="" harus="" i="" ini="" jam="" juta="" karena="" kepadatan="" lebih="" malam="" mulai="" nbsp="" pada="" padat="" pagi="" pemijahan="" rusak="" sedangkan="" setelah="" telur="" terlalu="" tidak="" tinggi="" yang=""> egg colektor
pada waktu yang lama.
Selanjutnya Dirjen Perikanan Budidaya (2008) menyatakan bahwa pemanenan telur dari egg colektor dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00-08.00 WIB. Karena pada saat ini perkembangan telur sudah mencapai stadia embrio, hal ini untuk menghindari terjadinya kerusakan fisik telur dari gangguan pemanenan.
2.5. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang belum dikeluarkan  pada waktu ikan memijah, terdapat istilah lain dari fekunditas yaitu fekunditas nisbi adalah jumlah telur per satuan atau panjang ikan, dari jumlah telur yang dihasilkan dengan jumlah induk betina dapat diketahui fekunditas yang dihasilkan betina dalam satu siklus reproduksi (Slamet dan Cahyaningsih, 2003).
Menurut Hassa dan Carlos (1993) dalam Suciantoro, dkk (2004) fekunditas induk kerapu macan ukuran berat 1-3 kg antara 300.000 sampai dengan 700.000 telur. Dari produksi telur yang dihasilkan setiap periodenya hanya mampu diserap untuk kegiatan pembenihan sebesar 1.800.000 butir karena disesuaikan dengan kemampuan sarana dan prasana serta jumlah tenaga kerja yang dimiliki.
2.6. Penebaran Telur
Menurut Anonimus  (2003), sebelum dilakukan penebaran telur terlebih dahulu dilakukan penyeleksian telur yang telah ditampung didalam akuarium dengan cara mengangkat aerasi dan  didiamkan   telur   tanpa    aerasi   selama ± 6 menit. Selanjutnya dilakukan  penyiponan, telur yang mengendap, kemudian  diseleksi dan dihitung jumlahnya dengan metode sampling, setelah telur dihitung dapat dilakukan  penebaran di dalam bak pemiliharaan larva secara hati- hati dengan kepadatan 10 butir/liter. Penebaran telur sebaiknya dilakukan setelah telur mencapai stadia neurolla akhir.
Telur yang telah diseleksi kemudian siap ditetaskan.  Telur kerapu macan akan menetas 19 jam setelah pembuahan.  Pada awal penetasan aerasi dikecilkan, agar larva  yang baru menetas tidak teraduk-aduk.  Padat penebaran telur dalam bak 15-18 butir/liter (Anonimus, 2003).
2.7. Pemeliharaan Larva
Keberhasilan dalam pemeliharaan larva selain ditentukan oleh mutu telur dan ketersediaan pakan hidup, pengelolaan harian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tersebut.
Anonimus (1993) mengatakan bahwa larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari. Perkembangan larva dapat dilihat pada Gambar 2.
larva

Gambar 2. Perkembangan bentuk larva ikan kerapu



2.8. Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan benih setelah dipelihara dalam bak pemeliharaan larva.  Wadah pemeliharaan berupa bak pendederan.  Menurut Sunyoto, P (1993)  tahapan pendederan adalah sebagai berikut  :
a.                    seleksi benih
Benih yang tidak seragam akan menyebabkan persaingan dalam memperebutkan pakan sehingga pertumbuhan yang kecil akan terhambat bahkan bisa mati karena dimangsa benih yang lebih besar.  Kegiatan pemilihan ini terus dilakukan dengan interval                     5-6 hari.sekali.

b.                  penebaran benih
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari stress karena kondisi lingkungan.  Sebelum ditebarkan, benih harus diaklimatisasi dalam bak pendederan.  Padat penebaran benih berukuran 1,5 cm berkisar 1-3 ekor / liter.
2.9. Pemberian Pakan
Pakan merupakan  faktor yang memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan kegiatan pendederan. Pakan yang digunakan hendaknya mempunyai kandungan nutrisi sesuai untuk benih serta dalam kondisi baik. Kebutuhan nutrisi untuk benih kerapu harus memliki kadar protein yang tinggi karena tergolong hewan karnivora. 
Benih kerapu yang digunakan untuk pendederan biasanya telah berukuran  antara 23 cm. Hal ini banyak memberikan kemudahan terutama dalam pemberian pakan, karena bukaan mulut yang dimiliki cukup besar. Pakan buatan  komersial yang tersedia terdiri atas berbagai ukuran, sehingga dalam penggunaannya disesuaikan dengan ukuran ikan. Sedangkan penggunaan ikan segar dapat dilakukan dengan menggunting ikan, sesuai dengan bukaan  mulut ikan  setelah bagian kepala, ekor, sirip dan isi perutnya dibuang (Sunyoto, P. dan Mustahal, 2002).
Anonimus (1993) menyatakan bahwa pemberian pakan sebaiknya diberikan secara adlibitum  sebanyak 56 kali dalam sehari (pukul 06.00, 10.00, 14.00, 18.00 atau pukul 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00). Selama pemberian pakan, diusahakan tidak ada pakan yang tersisa agar tidak menimbulkan efek yang merugikan. Kelebihan pakan di dalam bak pendederan, akan menyebabkan pembusukan sehingga mempercepat proses penurunan kualitas air yang mengakibatkan stres pada ikan.
Untuk mengubah kebiasaan makan, awalnya benih diberi pakan yang sudah biasa diberikan (pakan lama), tetapi pada saat yang bersamaan mulai diberi pakan baru sedikit demi sedikit hingga benih mau memakannya.  Perbandingan pakan lama dengan pakan baru adalah 3:1 pada hari berikutnya dosis pakan baru ditingkatkan dan pakan lama dikurangi.  Diteruskan hingga semua benih terbiasa mengkonsumsi jenis pakan baru (Sunyoto, P dan Mustahal, 2002).
2.10.                    Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas dan prosentase penggantian air sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam kegiatan pendederan.  Pada masa pendederan benih memerlukan penggantian air mengalir secara terus menerus selama 24 jam.  Untuk menghilangkan sisa pakan, maka dilakukan penyiponan sesudah pemberian pakan.  Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, disamping penggantian air secara  mengalir, perlu dilakukan pembuangan air secara total pada  pagi dan sore hari  (Anonimus ,1993)
Kotoran dapat meracuni benih sehingga pergantian air perlu diperhatikan.  Biasanya pergantian air dilakukan setiap hari dengan cara   mengalirkan    secara    terus  menerus minimal sebanyak 200 - 400%  (Akbar, S dan Sudaryanto, 2002).
Parameter kualitas pembenihan ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 1 (Anonimus , 1993).
Tabel 1.   Standar mutu air Laut untuk pembenihan kerapu
No
Parameter
Kisaran Nilai
Satuan
1
Suhu
28 – 32
oC
2
Salinitas
30 – 32
ppt
3
Kesadahan
80 – 120
mg/l
4
pH
7 – 8
-
5
DO
> 5
ppm
6
Phosphat
< 0,1
mg/l
7
Amoniak
< 0,5
mg/l
8
Kecerahan
Maksimum
-
9
NO2-N
< 0,1
mg/l
10
NO3-N
< 0,5
mg/l

2.11.                    Hama dan Penyakit
Penanggulangan hama dan penyakit meliputi usaha-usaha pencegahan, pengobatan dan pemberantasan hama penyakit.  Usaha tersebut meliputi pemberian multivitamin, perendaman dengan kemoterapeutik, pemberian obat peroral (melalui mulut), dan desinfeksi bak-bak pemeliharaan (Akbar, S dan Sudaryanto, 2002).
a.       penyakit non infeksi
Menurut Balai Budidaya Laut Lampung (2001), beberapa penyakit non infeksi pada larva ikan kerapu karena faktor lingkungan antara lain : defisiensi oksigen, acidosis dan alkalosis, gas bubble deseases dan keracunan.
1.   defisiensi oksigen
Penyakit ini disebabkan karena larva di bak pemeliharaan terlalu padat, kelebihan pakan, kurangnya aerasi, sistem penyaringan yang kurang baik serta banyaknya kotoran di dasar bak yang menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik.  Hal ini akan menyebabkan larva kekurangan oksigen yang akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Gejala yang diperlihatkan adalah : larva berada di permukaan air dan sulit bernafas, yang akhirnya menyebabkan kematian.
2.  acidosis dan alkalosis
Larva ikan kerapu dapat hidup pada kisaran pH 6–8. Alkalosis terjadi bila pH mendekati 8 atau lebih. Gejala yang diperlihatkan adalah warna putih agak keruh, spina mengembang,
3.   gas bubble diseases
Bila kandungan oksigen sudah lewat jenuh, larva ikan akan mengalami  suatu penyakit yang disebut gas bubble diseases atau sering juga disebut clog yaitu gas yang menyumbat tenggorokan ikan. Gejala dan penanggulangan penyakit ini hampir sama dengan penyakit defisiensi oksigen
4.  penyakit karena keracunan
Amoniak merupakan racun yang sangat kuat terhadap semua jenis ikan. Pada pH di bawah 7 akan terbentuk amoniak non toksin (NH4+). Peningkatan pH akan mengakibatkan pembentukan amoniak bebas.  Amonium tidak berubah menjadi amoniak jika pH netral.  Amoniak yang bersifat racun pada tingkat lebih dari 0,3 mg/ltr, yang menyebabkan kerusakan kulit dan saraf pada ikan. Nitrat dan nitrit merupakan produk oksidasi dari amonia.  Zat-zat ini akan terbentuk pada tingkat amonium yang tinggi diikuti oleh adanya polusi bahan organik diperairan. Jika nitrit terakomulasi dan teroksidasi menjadi nitrat, maka racun yang ditimbulkannya akan fatal  bagi ikan.  Ikan akan tampak lesu dan mati secara tiba-tiba.

b.      penyakit infeksi
Menurut Balai Budidaya Laut Lampung (2001), penyakit infeksi  yang sering menyerang selama pembenihan ikan kerapu adalah sebagai berikut :
1.   penyakit parasiter
Parasit yang pernah menyerang larva kerapu  adalah cacing pipih golongan trematoda.  Larva yang terserang parasit ini berumur sekitar 18 hari.  Serangannya mencapai 2–3 %. Cacing ini banyak terdapat pada air media pemeliharaan dan sebagian menempel pada tubuh larva, yaitu pada bagian spina.  Tanda gejala serangan pada larva adalah : nafsu makan berkurang, warna tubuh pucat, gerakan larva lambat dan berenang di permukaan. 
2.  penyakit bakterial
Bakteri yang pernah ditemukan menyerang larva  adalah jenis Vibrio sp. Umumnya bakteri ini menyerang larva ikan umur sekitar 17 hari.  Bakteri ini bersifat patogen pada larva dan merupakan penyebab kematian yang besar  selain penyakit viral.  Ikan yang terserang bakteri Vibrio sp. tidak menunjukkan perubahan secara fisik, hanya saja pada saat gelap tubuh ikan tampak bercahaya dan larva kehilangan nafsu makan.
3.   penyakit viral
Penyakit viral yang pernah ditemukan pada larva kerapu adalah VNNV (Viral Nervous Necrosis Virus).  Virus ini sangat patogen dan merupakan penyebab kematian larva terbesar. VNN yang menginfeksi larva dapat mengakibatkan kematian total (100 %) dalam tempo yang relatif singkat (1–2 minggu).  Ikan yang terserang virus VNN tidak menunjukkan perubahan secara fisik. Gejala yang terlihat adalah terjadinya kematian secara masal dan tiba-tiba. Pada larva berumur kurang dari 20 hari, larva yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas, kecuali hilang nafsu makan yang diindikasikan dengan tersisanya pakan hidup yang diberikan.  VNN adalah jenis virus yang menyerang syaraf otak dan mata.  Mekanisme penularannya terjadi secara vertikal yaitu dari induk yang positif terinfeksi terhadap larva yang dihasilkannya.
2.11.1.  Panen dan Pasca Panen
a.       persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan peralatan panen yang akan dipergunakan seperti keranjang plastik, ember, jaring, gayung dan waskom, agar pemanenan dapat berjalan dengan baik (Anonimus, 2003).
Menurut Suciantoro, dkk. (2004) bahan dan sarana yang perlu dipersiapkan adalah: benih yang telah dipuasakan, kantong plastik poly ethylin dengan ketebalan plastik 0,6 mm berukuran  50 cm x 80 cm, kotak kardus atau insulator (styrofoam), selotip besar, oksigen murni, es batu dalam kantong plastik 0,5 kg yang dibungkus dengan kertas koran dan air laut bersih.
b.      pemanenan
Panen dilakukan dengan dua tahapan yaitu panen dari bak pemeliharaan larva dan bak pendederan. Pemanenan dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak stres.  Sebelum pemanenan, ikan dipuasakan terlebih dahulu untuk mengurangi kotoran (Sunyoto, P dan Mustahal, 2002).
Penanganan yang salah saat panen dapat menyebabkan benih menjadi lemah bahkan mati. Demikian juga dengan teknik transportasi termasuk pengepakan, harus tetap memperhatikan kebutuhan biologis benih dan aspek ekonomi sehingga tidak terjadi penurunan mutu dan tetap ekonomis.  Suhu merupakan faktor pengendali penting yang sering dipakai dalam teknik pengangkutan hasil perikanan termasuk benih.  Penurunan suhu lingkungan dapat meminimalkan proses-proses fisiologis invitro, bila suhu rendah dan pH tinggi dapat menyebabkan metabolisme ikan menurun,  penurunan metabolisme dapat mempertahankan  kualitas media pengangkutan tetap baik (Anonimus , 1993). 
c.       pasca panen

Kegiatan pasca panen terutama pengangkutan menjadi faktor penentu mutu benih di lokasi pembesaran, transportasi yang biasa digunakan untuk benih dan telur ada dua cara yaitu: transportasi tertutup dan transportasi terbuka. Pengangkutan transportasi secara tertutup merupakan cara paling umum digunakan meskipun dengan jarak dekat karena hal ini aman dan mudah terlaksana.  Pengangkutan yang waktu angkutnya lebih dari 20 jam sebaiknya dilakukan pengemasan ulang terutama penggantian oksigen. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak jauh dan jalan yang ditempuh melalui darat (Suciantoro dkk., 2004) 

Jumat, 29 November 2013

PEMIJAHAN IKAN MAS (Cyprinus carpio)

I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Ikan mas mulai dipelihara di Indonesia sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Selain itu Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang telah diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya
Budidaya perikanan merupakan usaha yang dapat dikembangkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dapat meningkatkan taraf hidup petani ikan dan usaha budidaya ikan ini memiliki keuntungan yaitu dapat meningkatkan sumber protein, meningkatkan pendapatan masyarakat petani ikan, meningkatkan ekspor non migas serta menunjang usaha kelestarian sumberdaya hayati serta memperluas lapangan kerja (Nurkulis, 2007).
Budidaya Ikan mas memiliki prospek ekonomi yang cukup menjanjikan karena ikan mas memiliki cita rasa yang cukup tinggi, sehingga banyak disukai oleh konsumen. Daging ikan mas yang putih dan lunak memungkinkan untuk dicerna oleh semua umur. Di beberapa rumah makan dengan mudah dijumpai masakan dengan bahan ikan mas karena memang cukup populer. Selain itu ikan mas juga dikenal memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga sangat baik untuk dibudidayakan.
Budidaya ikan mas semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat untuk dikembangkan dalam bentuk usaha, baik itu usaha pembenihan maupun pembesarannya. Ikan mas termasuk ikan konsumsi yang tergolong mudah dalam pemeliharaannya karena cenderung bersifat adaptif (mudah menyesuaikan diri) terhadap lingkungannya, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap berbagai jenis penyakit serta mempunyai peluang usaha yang potensial untuk dimanfaatkan dan dikembangkan.
Usaha pembenihan merupakan usaha yang sangat penting  pada sektor budidaya perikanan, karena dalam faktor penyediaan benih adalah mutlak. kekurangan benih ikan adalah kendalan bagi peningkatan produksi. Secara umum dapat dikemukan bahwa kelemahan kegiatan pembenihan terletak pada rendahnya kelangsungan hidup yang biasanya disebabkan oleh kekurangan makanan, adanya perubahan suhu yang besar, faktor cahaya, salinitas dan kadar oksigen terlarut. Persiapan pembenihan merupakan langkah awal pendukung tercapainya peningkatan usaha perikanan. Sesuai dengan tuntutannya upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan pembenihan sangat erat kaitannya  dengan penyediaannya induk ikan.
Salah satu kunci keberhasilan dalam pembenihan adalah pemilihan induk yang tepat. Induk-induk yang diperoleh dari hasil kegiatan budidaya pada umumnya tidak bagus, dalam arti semua hasil budidaya tidak dapat dipijahkan. Oleh karena itu induk yang diperoleh dari budidaya harus diseleksi menurut ukuran serta memenuhi syarat untuk dipijahkan yaitu harus sehat, tubuh tidak cacat, mempunyai ukuran dan berat yang siap dipijahkan

1.2. Tujuan dan Manfaat

Praktek magang ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang pemijahan ikan mas (Cyprinus carpio) Di Balai Budidaya Air Tawar Jambi  secara buatan serta mengetahui permasalahan yang dihadapi dan kemudian mencari alternatif pemecahannya yang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.
Manfaat yang diharapkan dari praktek magang ini adalah dapat melakukan praktek pemijahan ikan mas (Cyprinus carpio) secara langsung, dan dapat menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang ditekuni untuk dijadikan bekal kedepannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1. Biologi dan Ekologi Ikan Mas

Gambar 1. ikan mas (Cyprinus carpio)

   Kottelat dan Whitten (1993) mengemukan bahwa ikan mas termasuk dalam filum chordata, kelas pisces, subkelas teleostei, orda cypriniformes, family cyprinidae, genus cyprinus dan species Cyprinus carpio.
   Suseno (1994) menyatakan secara umum ciri-ciri induk ikan mas yang baik adalah keadaan sehat, tidak cacat, tidak luka, atau tidak menderita penyakit, sisik tersebar teratur dan berukuran agak besar, sirip tidak luka dan tidak cacat bentuk dan kuran tubuh seimbang, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, tubuh tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek, perut lebar dan datar pangkal ekor relatif lebar dan normal, kepala relatif kecil dan moncong lancip, jarak lubang dubur relatif dekat ke pangkal ekor. Selanjutnya Atmadja et al. (1988) menyatakan bahwa ciri-ciri induk ikan mas yang baik secara umum yaitu tubuhnya sehat tidak cacat baik sirip maupun bagian-bagian tubuh lainnya kepala relatif kecil, pangkal ekor kuat, sisik besar dan tersusun rapi. Sedangkan ciri-ciri induk ikan mas betina tubuhnya lebih gemuk, lubang genital terletak di dekat di depan lubang genital papilia, sirif dada relatif pendek (lunak), jari jari luar tipis ikan yang sudah matang gonad lubang kelamin menonjol, ovarium jernih dan akan keluar jika bagian perut ditekan. Untuk induk jantan tubuhnya langsing dan lubang genitalnya terletak di belakang genital papilia, sirip dada relatif panjang dengan jari jari luar tebal, lapisan dalam sirip dada kasar, bagian perut tidak melebar dan tidak melunak, lubang kelamin tidak menonjol induk yang matang gonad jika perut yang ditekan dekat anus akan mengeluarkan sperma berwarna putih, tubuh tetap ramping kadang-kadang bagian kepala terjadi perubahan kulit.

2.2. Pemijahan Ikan Mas

   Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang diikuti dengan perkawinan (Sutisna dan Sutarmanto, 203) selanjutnya dikatakan bahwa pemijahan menuntut keamanan hidup kelangsungan hidup larva atau benih ikan, tepat yang cocok waktu yang tepat dan kondisi yang lebih menguntungkan.
Hardjamulia (1976) mengatakan bahwa faktor faktor yang penting dalam perikanan adalah 1) induk yang baik dan sudah matang gonad, 2) persiapan kolam terutama untuk penetasan dan pemeliharaan benih, 3) persediaan pakan alami dan makanan tambahan yang cukup, mulai dari habisnya makanan cadangan (kuning telur) dan 4) sifat-sifat air yang cukup zat asam dan sedikit zat racun sisa pembusukan.
   Selanjutnya Susanto (1998) mengemukakan bahwa ikan mas dapat memijah sepanjang tahun tanpa menurut musim. Namun ada beberapa pendapat yang mengatakan biasanya pemijahan terjadi sepanjang musim penghujan, karena pada awal musim penghujan permukaan air naik yang menimbulkan bau ampo (sangit) yang merangsang. 

2.3. Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam pertumbuhan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air asin. Sedangkan pakan dibutuhkan oleh ikan sejenak mulia hidup yaitu mulai dari larva, dewasa sampai ukuran induk. Penanganan pakan dalam pemeliharaan larva berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan dan pertahanan hidupnya (Huet,1971 dalam Melianawati dan Suwirya, 2005)
Menurut Mudjiman (2001), pakan ikan dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu pakan alami dimana pakan yang tersebut dihasilkan secara alami di perairan, pakantambahan yaitu makanan yang diberikan dalam bentuk aslinya yang langsung dapat dimakan oleh ikan dan pakan buatan adalah yaitu makanan yang diramu dari beberapa bahan kemudian diolah menjadi bentuk khusus sebagaimana dikehendaki.

2.4. Kualitas Air

Menurut Heckling (1971), faktor yang mempengaruhi organisme air adalah parameter kualitas air seperti : suhu, oksigen terlarut dan CO2 bebas. Ikan sebagai organisme yang hidup di air sangat tergantung pada kualitas air pada batas toleransi yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangbiakan secara normal kisaran batas-batas yang masih dapat ditoleransi sebagai berikut ; O2 terlarut 3 - 8 ppm, nilai optimumnya 5 - 6 ppm, pH 6 - 9 dan suhu 20 - 28 ºC.
Menurut Cahyono (2000) derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Derajat keasaman air yang rendah atau sangat asam dapat menyebabkan kematian ikan, keadaan air sangat basa juga menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Keadaan pH air yang bersifat netral atau basa akan lebih baik dibandingkan air yang bersifat asam. Adapun pH air kecil dari 5,5 akan menjadi racun (toksin) bagi kebanyakan ikan di kolam, dan pH diatas 9 berbahaya sekali bagi kehidupan ikan.
2.5. Hama dan PenyakitSahclan dalam Afrianto dan Liviawaty, (1993) mengatakan bahwa Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan ini dapat disebabkan oleh organisme lain dan pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Penyakit pada ikan didefenisikan sebagai sesuatu yang dapat menganggu proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal, secara umum penyakit dibedakan manjadi 2 kelompok yaitu infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri dan virus, sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, ligkungan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003).
Penyakit yang menyerang pada pemeliharaan induk ikan mas (Cyprinus carpio) adalah MAS (motil aeromonassepticemia) yang disebabkan oleh bakteri ini adalah terdapat bercak-cak merah pada bagian permukaan tubuh kurangnya nafsu makan dan gerakan kurang agresif. Penyakit ini timbul karena keadaan lingkungan yang kurang baik, nutrisi yang kurang dan faktor genetik. Apabila kondisi induk terserang penyakit maka telur yang dihasilkan kurang baik. (Sunarma, 2004).


III. METODE PRAKTEK

3.1.Waktu dan Tempat

Praktek magang ini telah dilaksanakan dari tanggal 28 Januari sampai dengan 01 Maret 2013, bertempat di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sei Gelam Jambi yang terletak di Jl. Pramuka, Kec. Sungi gelam, Kab. Muaro Jambi,  Provinsi Jambi.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktek magang ini adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad, pelet komersial sebagai pakan induk, telur ayam, kapur  tohor (CaO) untuk pengapuran kolam, pupuk kandang kering untuk pemupukan dan seluruh faktor penunjang yang terdapat di Balai Budidaya Air Tawar Jambi.
Sedangkan alat yang digunakan adalah jaring untuk pemeliharaan induk di keramba jaring apung, timbangan untuk mengukur berat, plastik packing untuk memindahkan ikan, scoopnet untuk penyerokan larva, hapa untuk wadah pemeliharaan larva, penetasan larva dan pemijahan, kakaban untuk untuk menempelnya telur, baskom untuk wadah penimbangan telur, pH meter untuk mengukur derajat keasaman air (pH), Thermometer untuk mengukur suhu, DO meter untuk menghitung oksigen terlarut dan aerator. Peralatan tulis seperti buku tulis, pena, pensil, penggaris, dan kusioner serta kamera sebagai dokumentasi dari kegiatan magang ini (dapat dilihat pada lampiran 3).

3.3. Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah praktek langsung. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan pegawai, Kepala Balai Budidaya Air Tawar Jambi serta mengikuti aktivitas dan melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan budidaya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan data yang diperlukan, serta ditambahkan dengan literatur yang mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data yang didapatkan tersebut.

 3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Persiapan Wadah

3.4.1.1. Persiapan Wadah Induk Ikan Mas

Sebelum melakukan pemijahan ikan mas (Cyprinus carpio)  terlebih dahulu harus disiapkan wadah pemeliharaan induk, wadah yang digunakan berupa keramba jaring apung. Sebelum dilakukan proses pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio), kegiatan utama yang harus diperhatikan adalah persiapan wadah. Persiapan wadah meliputi pemeriksaan jaring yang bolong, pembersihan dari hama dan lumut yang menempel di jaring yang digunakan. Lebih jelas dapat kita lihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pencucian dan Pemeriksaan Jaring

3.4.1.2. Persiapan Wadah Pemberokan Induk Ikan Mas

            Bak pemberokan digunakan untuk menampung sementara induk ikan mas sebelum dilakukan penyuntikan (pemijahan), bak pemberokan ini  disiapkan sehari sebelum induk digunakan. Bak dibersihkan dengan menggunakan sikat yang berguna untuk menghilangkan kotoran dan penyakit yang terdapat pada dinding bak serta dasar bak tersebut. Bak pemberokan ini terbuat dari kayu yang dilapisi dengan terpal yang  berukuran 1 x 3 m. Lebih jelas dapat kita lihat pada Gambar 3.






Gambar 3. Bak Pemberokan
Setelah selesai dibersihkan dengan mengunakan sikat maka dilakukan pengisian air secukup mungkin dan setelah air mencukupi harus dilengkapi juga dengan aerasi secukupnya yang bertujuan untuk menambahkan oksigen dalam bak pemberokan  tersebut.

3.4.1.3. Persiapan Wadah Pemijahan

            Bak pemijahan disiapkan sehari sebelum telur dimasukkan. Bak dibersihkan dengan menggunakan sikat yang berguna untuk menghilangkan kotoran dan penyakit yang terdapat pada dinding bak serta dasar bak tersebut. Lebih jelas dapat kita lihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Persiapan Wadah Penetasan

Setelah selesai dibersihkan maka dilakukan pemasangan hapa yang di lengkapi dengan pemberat yang bertujuan sebagai wadah penetasan telur dan juga berfungsi sebagai bak pemijahan kemudian dilanjutkan pemasangan kakaban yang bertujuan untuk tempat menempelnya telur, setelah pemasangan kakaban telah selesai maka dilakukan   pengisian air.


3.4.1.4. Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva Ikan Mas

Sebelum melakukan pemeliharaan benih ikan mas  terlebih dahulu harus disiapkan kolam untuk pemeliharan benih. Tahapan-tahapan untuk persiapan kolam adalah :
Ø  Pengeringan kolam, kolam dikeringkan hingga airnya habis, untuk membunuh hama dan penyakit. Dalam pengeringan dibantu menggunakan pompa air, agar lebih cepat.
Ø  Pembalikan dasar kolam, hal ini bertujuan untuk menggemburkan lagi dasar kolam yang habis di pakai.
Ø  Pengapuran, dilakukan setelah kolam kering yang berguna untuk menaikan  pH dan juga dapat membunuh hama dan penyakit. Kapur yang digunakan adalah kapur tohor. Dosis kapur adalah 30 kg untuk 500 m2. Cara pengapurannya adalah dengan menebar kapur secara merata di suluruh pinggir kolam. Setelah itu kolam dibiarkan selama 3 hari agar kolam benar–benar bersih dari hama dan penyakit.
Gambar 5. Pengapuran Kolam
Gambar 5 merupakan proses penebaran kapur ke dalam kolam. Dilakukan dengan menebarkan kapur secara merata di pinggir kolam.
Ø  Pengisian air, setelah itu di isi air kembali hingga ketinggian 100 cm.







Gambar 6.  Pengisian Air
Gambar 6 adalah proses pengisian air kembali ke kolam. Dalam pengisian
air, air disaring menggunakan jaring, yang berfungsi mencegahnya ikan-ikan predator yang masuk melalui saluran air.
Ø  Pemupukan, yaitu membantu menumbuhkan pakan alami dalam kolam. Dosis yang di berikan 40 kg/ 500 m2.






Gambar 7.  Pupuk Kandang
Gambar 7 merupakan pupuk kandang yang digunakan untuk memupuk kolam. Cara pemupukan adalah menebar pupuk secara merata di pinggir kolam.

3.4.2. Pemeliharaan Induk

Sebelum dipijahkan induk ikan mas dipelihara terlebih dahulu di dalam keramba dengan ukuran 5m x 5m x 3m, dengan padat tebar induk ikan mas adalah 2 ekor/m3, pemeliharaa induk dilakukan secara terpisah yang mana induk jantan dan betina dipelihara keramba yang berbeda.  Pada saat pemeliharaan, induk di beri pakan dengan frekuensi 2 kali sehari dengan dosis 3% dari biomas dalam sehari akan tetapi mejelang (dua minggu kemudian) dilakukan pemijahan frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 4 kali sehari dengan pemberian secara adlibitum, yang bertujuan untuk meningkatkan kematangan gonad induk ikan Mas. Pakan yang di berikan berupa pelet komersial dengan kandungan protein 30%. Pemeliharaan induk ini bertujuan untuk proses pematangan gonad induk ikan mas. Untuk lebih jelasnya keramba pemeliharaan induk dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Keramba Jaring Apung Pemeliharaan Induk

3.4.3. Seleksi Induk

Seleksi induk yang matang gonad dengan cara menarik jaring dan menggiring ikan ke satu sisi sudut keramba untuk menyempit pergerakan induk ikan yang akan diseleksi, penarikan jaring dilakukan dengan 3 orang yaitu 2 orang menarik jaring dari sisi yang berbeda ke suatu sudut keramba orang dan 1 orang lagi menyediakan kayu untuk menyekak yang bertujuan untuk mempersempit gerakan induk yang akan diseleksi. Penyeleksi induk dapat di lihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Seleksi Induk Ikan Mas

  Seleksi induk dilakukan dengan cara pengamatan pada morfologi ikan, adapun ciri-ciri induk matang gonad, ciri-ciri fisik induk ikan mas betina yang matang gonad :
v  Perut membesar ke arah genital
v  Perut terasa menonjol dan lembut jika diraba dari luar,
v  Lubang genital berwarna kemerahan,
v  Pergerakan lambat,
Sedangkan ciri-ciri fisik induk jantan matang gonad :
v  Lubang genital berwarna kemerahan
v  Bagian tubuh bila di raba akan terasa kasar
v  pergerakannya lincah dan agresif
v  Jika di striping akan mengeluarkan cairan putih susu.
          Induk ikan yang matang gonad dapat kita lihat pada gambar 10.
                                



                                





                                
                                 Betina                                                     Jantan

Gambar 10. Induk Ikan Mas Yang Matang Gonad

Rahman dan Damana, (1990) Seleksi induk dilakukan dengan cara pengamatan pada morfologi ikan, adapun ciri-ciri induk matang gonad seperti : ciri- ciri fisik induk ikan mas betina matang gonad : Perut membesar ke arah genital dibagian perut (saluran perut), perut terasa menonjol jika diraba dari luar, lubang genital berwarna kemerahan, pergerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat loncat. Jika distriping akan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan. Sedangkan ciri-ciri fisik induk jantan matang gonad : bila di urut pada bagian perut akan keluar cairan sperma, pergerakannya lincah dan agresif. Untuk menyeleksi induk jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara pengurutan (stripping) dari bagian perut hingga ke genital. Untuk induk jantan akan mengeluarkan sperma sedangkan induk betina akan mengeluarkan telur.

3.4.4. Bak Pemberokan


Setelah kegiatan seleksi selesai, kemudian semua ikan ditampung didalam bak pemberokan. Bak pemberokan ini juga berfungsi sebagai tempat induk yang telah terseleksi dari kerambang jaring apung dan juga sebagai tempat penyuntikan induk ikan. Sebelum penyuntikan maka dilakukan seleksi kembali yang bertujuan untuk memastikan atau meyeleksi induk yang benar benar matang gonad.

3.4.5. Pemijahan Buatan

Penyuntikan dilakukan bila semua sudah disiapkan, seperti penyiapan bak pemijahan, induk serta sarana dan prasarana lainnya. Pemijahan dilakukan secara buatan, dimana penyuntikan dilakukan sebanyak dua  kali, penyuntikan pertama dilakukan pada pukul 22.00 wib dengan dosis 0,3 ml/kg mengunakan ovaprim, karena berat induk yang akan dipinjahkan memilki berat tubuh seberat 3 kg maka dosis yang disuntikan pada induk sebanyak adalah 1ml/ekor. Induk ikan mas di suntik di bagian sirip dada. Setelah penyuntikan pertama selesai maka ikan mas dibiarkan di bak pemberokan. Penyuntikan kedua dilakukan pada pukul 03.00 wib dengan dosis 0,2 ml/kg setelah dilakukan penyuntikan induk ikan dibiarkan di dalam bak pemberokan secara bersamaan.
Gambar 11. Proses Penyuntikan
Pada Gambar 11 merupakan proses penyuntikan ikan menggunakan ovaprim. Penyuntikan dilakukan dengan hati- hati agar tidak terjadi luka pada induk ikan Perbandingan yang digunakan untuk  induk jantan dan betina adalah   1: 1 (1 ekor induk betina dan 1 ekor induk jantan).
Proses striping pada induk ikan mas (betina dan jantan) dilakukan setelah 6 jam dari penyuntikan ke 2. Sebelum dilakukan striping maka terlebih dahulu mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan  seperti wadah penampungan telur, tissue, handuk. Sebelum  induk ikan mas telah siap distripping maka terlebih dahulu dilakukan stripping pada induk betina, penampungan telur harus bersih dan kering, sedangkan induk jantan yang telah distriping akan mengeluarkan sperma, sperma yang dikeluarkan kemudian diambil dengan mengunakan spuit. Striping ikan mas dilakukan pada pukul 05.30 wib.
Telur dan sperma yang telah didapatkan dari hasil striping kemudian akan dilakukan pembuahan  (pencampuran telur dengan sperma hingga merata). Setelah dilakukan pembuahan maka telur ditebarkan pada kakaban yang telah di sediakan di dalam bak penetasan. Teknik tersebut bertujuan agar telur ikan mas tidak menumpuk di satu sudut atau tempat tertentu yang dapat menyebabkan permukaan telur kekurangan oksigen dan mengakibatkan telur menjadi mati. Telur ikan mas akan menetas dalam waktu 48  jam pada suhu 290 C.

3.4.6.  Striping dan Pembuahan     

Sebelum dilakukan striping terlebih dahulu disiapkan alat yang akan digunakan dan pengecekan terhadap induk yang akan di pinjahkan apabila induk sudah bisa ovulasi maka dilakukan stripping. Stripping dilakukan pada induk betina terlebih dahulu dari jantan. Telur yang diovulasikan  ditampug dalam wadah yang bersih dan kering.

3.4.7. PenetasanTelur

Ikan mas adalah salah satu ikan yang memiliki sifat telurnya menempel, dengan demikian penetasan telur-telur dilakukan dalam wadah yang dilengkapi dengan kakaban. Teknik tersebut bertujuan agar telur ikan mas tidak menumpuk di dasar wadah yang menyebabkan permukaan telur kekurangan oksigen dan mengakibatkan telur akan mati.  Telur ikan mas akan menetas dalam waktu 48  jam pada suhu 290 C.  Lebih jelasnya dapat kita lihat wadah penetasan atau wadah pemijahan semi alami, seperti Gambar 12.
Gambar 12. Wadah Penetasan Telur
Telur sebaiknya dilakukan pada sistem air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen  terlarut dan pergantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula di upayakan dengan pemberian airasi (Sunarma, 2004).
Setelah telur menetas, maka terbentuklah larva. Ukuran larva yang baru menetas adalah 3,9-5,6 mm, kantung kuning telur besar dan akan habis diabsorbsi. Mata besar, bentuk bulat penuh dengan pigmen. Setelah larva berukuran 5,1-9,8 mm kandungan kuning telur menurun 7,8-9,5 mm kuning telur akan habis. Sirip dada akan terlihat tumbuh dan sirip ekor akan mulai dapat di bedakan dengn batang ekor ( Hoda dan Tsukahara, dalam widiyati, 1983)

3.4.8. Pemeliharan Larva

Anak ikan yang baru menetas disebut dengan larva, tubuhnya belum keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ luarnya. Dibidang budidaya larva yang keluar dari telur disebut hatchling (Syandri, 2001).
Larva ikan mas dipelihara di dalam kolam dengan luas kolam 500m2 dengan padat tebar 100-200 ekor/m2. Larva yang berumur 2 hari langsung dipanen pada pagi hari dan ditebar ke kolam pemeliharaan larva, larva yang berumur 3 hari di berikan pakan buatan yang berupa pellet tepung dan dicampur dengan telur ayam sebanyak 5 butir, pakan yang telah dicampurkan di berikan pada larva ikan mas dengan cara menaburkan ke seluruh pinggir bagian dalam kolam pemeliharaan larva, frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari. Pemberian pakan di lakukan pada pukul 08.00 wib; 12.00 wib; 16.00 wib .
Kuning telur pada larva  ikan mas akan habis setelah 3-7 hari. Cepat lambatnya habis cadangan makanan berupa kuning telur dapat di pengaruhi oleh: kuning telur yang dibawa telur, faktor fisiologis selama embriologi, kondisi lingkungan seperti suhu perairan, dan sifat spesies itu sendiri. Sesudah habis cadangan makanan berupa kuning telur maka larva ikan memasuki periode post larva dan pada saat ini bukaan mulut sudah terbentuk dan beberapa organ tubuh mulai terbentuk sempurna serta mulai difungsikan (Dahuri, 2002)

3.5. Analisis  Data

            Data yang diperoleh selama praktek magang dianalisa secara deskriptif dan ditabulasikan ke tabel untuk memberikan gambaran tentang teknik pemijahan serta permasalahannya, kemudian dicari alternatif pemecahannya sesuai dengan kenyataan di lapangan yang mengacu pada literatur-literatur yang ada.
        Untuk data primer yang diperoleh dari praktek langsung di Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Adapun rumus yang di gunakan sebagai berikut:
Ø  Untuk Perhitungan % FR (Fertility rate) digunakan rumus yang dikemukan oleh Effendi (1979) :
       

Ø  Untuk mengetahui persentase penghitungan % HR (Hatching rate) dapat digunakan rumus :
        
Ø  Untuk mengetahui persentase penghitungan % SR (survival rate) dapat digunakan rumus :
        

·         Keterangan      : FR     = Tingkat Fertilisasi (Pembuahan) Telur
                                      HR    = Tingkat Penetasan Telur
                                      SR      = Tingkah Kelulusan Hidupan


   Data sekunder didapatkan melalui wawancara dan data dari instansi terkait. Hal tersebut dapat menggambarkan keadaan lokasi serta berbagai fasilitas yang dimiliki Balai Budidaya Air Tawar Jambi serta aspek-aspek yang mendukung proses pemijahan. Dari data-data tersebut dapat diketahui masalah-masalah yang timbul dalam proses pembenihan sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.